Sadarlah, Ada Tuhan Di sini



Telah lama puing itu tergeletak di tanah hitam
Dibasuh hujan yang jadikkan nya kuyup setelah berselimut debu jalanan
Remuk dan tua dikelilingi sampah yang tak jua membusuk
Sesekali didatangi pejalan kaki yang bergegas
Kadang malah ditempati kotoran hewan liar yang busuk
Semakin rapuh berserakan abstrak tak berharga

Seperti inilah hati bercerita tentang pilunya
Mengais asa yang tersisa di remang-remang hidupnya
Tak mampu terangkan kelam yang tak dapat mencari sinar
Berlayar malam tanpa ada lilin penerang
Berada di tengah samudera pembunuh penuh pemangsa buas yang lapar


Semua memang belum berakhir
Karena garis tangan masih terus akan berbelok di titik pemberhentiannya
Basuh wajahmu, karena mimpi buruk harusnya tak perlu dinikmati

Sadarlah, bahwa ada Tuhan disini
Minta kepada-Nya lilin penerang yang membawa mu ke tempat yang putih
Cukupkan kegalauan, karena bumi masih menginginkanmu untuk memijaknya

Semua berhak untuk tersenyum
Semua berhak untuk dapatkan senyuman
semua berhak bahagia dengan penuh usahanya
Bangkitlah setelah menjadi puing yang tak berharga
Terangilah kebahagiaan itu dengan penuh tepukan dada
Tertawalah dengan lepas
Setelah keras usaha dan do'a penuh air mata
Bahagiakan mereka................





© 2011 Sejuta Kisah Untuk Satu Nama, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena