Pena Baru Yang Santun


Saat ini, seharusnya menjadi malam yang tepat untuk mengukir namanya di langit hati, dia sembuhkan cinta yang lama dengan teguran tingkah yang santun, tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia sentuh hati ini dengan kedamaian, dia yang terlalu pendiam untuk malam-malam yang ku lalui, terkadang membuat ku membeku bersama rindu, tapi yang ku tahu hati ini membisikkan cinta yang dibawa darah menemui logika. 

Dia ganti sinar bintang yang redup untuk malam yang panjang, awal perkenalan yang penuh dengan senyumannya yang lembut mengantarkan aku pada kegilaan. Seketika badai datang, aku yang memintanya, menjadi keinginan ku yang jika saja dia tahu, semua akan mengutuk ku menjadi seorang yang bodoh, sangat luarbiasanya keterpaksaan ini menjemput kebahagiaan ku pergi dalam sekejap. 

Ada preventif asal-asalan dalam benakku saat ini, tapi yang ku tahu, dia pantas berbahagia selayaknya ketika ia berikan senyuman tulus itu. Namun satu hal yang ingin ku tegaskan, aku bukan bagian dari kegalauan seseorang yang tidak punya tujuan. 

Aku berpijak pada tanah yang bergelombang, sehingga ketika ku langkahkan kaki ini, semua terasa sedikit berguncang. Semua butuh kepastian, dan itu belum mampu aku berikan, maafkan aku yang terlalu terombang, karena aku belum menemukan pijakan yang tepat di tanah hijau datar yang lapang. 

Cukupkan saja apa yang kita sebut dengan berbagi, karena bagian itu tak pantas lagi untuk ku miliki, berikan kebahagiaan yang indah buatnya dan mereka, aku terus mencari pijakan itu disini, do’a ku dari pena baru yang santun, Semoga yang kau cintai tetaplah cinta yang bahagia sayang.

© 2011 Sejuta Kisah Untuk Satu Nama, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena